Tips Mengasuh Anak

Manfaat Bercerita untuk Anak Usia Dini dalam Membangun Literasi dan Empati

Manfaat Bercerita untuk Anak Usia Dini dalam Membangun Literasi dan Empati
01 Jan 2026

Waktu bercerita bukan hanya tentang momen hangat sebelum tidur atau cara menyenangkan untuk mengisi waktu di sore yang santai. Bagi anak-anak, bercerita adalah gerbang menuju imajinasi, kreativitas, dan pemahaman tentang dunia di sekitar mereka.

Yang menakjubkan adalah: saat si kecil tertawa karena cerita lucu atau terpukau oleh kisah pahlawan pemberani, otak mereka sebenarnya sedang mempelajari keterampilan literasi dan emosional penting yang akan membentuk siapa mereka di masa depan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana bercerita membangun literasi dan empati anak, apa yang terjadi di dalam otak saat mendengarkan cerita, bagaimana kemampuan bercerita berkembang, serta bagaimana orang tua dapat mendukung proses ini di rumah. Yuk terus membaca!

Mengapa Membaca dan Bercerita Penting untuk Anak

Bercerita dan membaca adalah pengalaman emosional dan sosial yang membantu anak memahami dunia. Berikut beberapa manfaat bercerita untuk anak usia dini:

A. Meningkatkan Keterampilan Bahasa dan Literasi

Saat anak mendengarkan cerita, mereka belajar bagaimana bahasa bekerja—mulai dari struktur kalimat, ritme, hingga kosa kata baru. Tidak seperti hafalan atau flash card, bercerita memberikan konteks pada kata-kata sehingga lebih mudah diingat dan digunakan kembali.

Misalnya, saat orang tua berkata, “Pada suatu hari, seekor tikus kecil tinggal di bawah pohon ek besar,” anak sekaligus mempelajari konsep ukuran, preposisi, dan bahasa deskriptif.

B. Mendorong Imajinasi dan Kreativitas

Bercerita membawa anak ke dunia baru. Proses berimajinasi ini membantu mereka mengembangkan kreativitas, yang penting untuk kemampuan memecahkan masalah, ketangguhan emosional, dan inovasi di masa depan.

C. Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan dan Konsentrasi

Saat anak duduk dan mendengarkan cerita, mereka berlatih kesabaran, fokus, dan pemahaman. Bahkan cerita pendek melatih otak untuk mengikuti alur, menebak apa yang mungkin terjadi selanjutnya, dan menarik kesimpulan dalam berpikir analitis.

D. Memperkuat Kecerdasan Emosional dan Empati

Setiap cerita mengajarkan pelajaran nyata tentang perasaan, hubungan, dan perilaku manusia. Melalui pengalaman para tokoh, anak belajar mengenali dan memahami emosi—baik emosi mereka sendiri maupun orang lain.

Dampak Bercerita pada Otak Anak

Mari mengintip apa yang terjadi di otak anak ketika cerita menjadi hidup.

Sebuah studi berjudul “Effects of storytelling on the childhood brain: near-infrared spectroscopy study” menemukan bahwa anak yang mendengarkan cerita menunjukkan aktivitas otak yang lebih kuat dibandingkan hanya membaca buku bergambar. [Fukushima J Med Sci., 2018]

Saat mendengarkan cerita, pusat bahasa di otak anak bekerja sangat aktif. Pengulangan kata, pola, dan struktur narasi memperkuat memori dan kemampuan memahami. Dalam jangka panjang, ini membangun fondasi kuat untuk kelancaran membaca dan menulis.

Salah satu efek paling menarik dari bercerita adalah perkembangan “theory of mind”yang merupakan kemampuan memahami bahwa orang lain memiliki pikiran, keyakinan, dan emosi yang berbeda dari dirinya. [Novia Solichah, 2018]

Bagaimana Keterampilan Bercerita Berkembang

Bercerita mungkin terlihat seperti bakat alami, tetapi sebenarnya merupakan keterampilan yang berkembang seiring waktu. Berikut panduannya:

A. Awal Perkembangan (Usia 0–3 Tahun): Mendengar dan Meniru

Bayi dan balita mulai dengan menyerap suara, ritme, dan intonasi dari cerita yang dibacakan. Bahkan sebelum mereka memahami kata-katanya, mereka mengenali pola dalam ucapan. Di usia dua atau tiga tahun, mereka mulai meniru bercerita dengan menceritakan ulang bagian cerita atau mencampur pengalaman nyata dan imajinasi.

B. Mengembangkan Struktur (Usia 4–6 Tahun): Mengurutkan dan Berkreasi

Pada tahap ini, anak mulai menyusun cerita secara logis dengan awal, tengah, dan akhir. Mereka bereksperimen dengan tokoh, alur, dan emosi. Mereka mungkin menciptakan petualangan baru untuk karakter kartun favoritnya atau menceritakan kegiatan mereka sehari-hari sebagai sebuah cerita.

C. Membangun Kompleksitas (Usia 7–10 Tahun): Detail dan Emosi

Anak-anak yang lebih besar mulai menambahkan bahasa deskriptif, pemahaman emosional yang lebih dalam, dan pelajaran moral ke dalam cerita mereka. Mereka mulai memikirkan bagaimana cerita “terasa,” bukan hanya apa yang terjadi. 

Tahap ini penting untuk membangun empati karena mereka belajar memahami pikiran dan perasaan tokoh yang berbeda.

D. Menyempurnakan Ekspresi (Usia 10+): Suara dan Sudut Pandang

Seiring bertambahnya usia, anak mengembangkan gaya bercerita yang unik. Mereka dapat membuat alur yang lebih rumit, menggunakan dialog dengan efektif, dan bereksperimen dengan sudut pandang. Tahap ini mencerminkan kemampuan mereka yang berkembang dalam berpikir abstrak dan melihat sesuatu dari berbagai perspektif.

Cara Orang Tua Mendukung Keterampilan Bercerita Anak

Orang tua berperan besar dalam menumbuhkan kemampuan bercerita. Berikut cara membantu anak mengembangkan keterampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya:

1. Membaca Bersama Setiap Hari

Membaca bersama setiap hari adalah cara paling sederhana dan efektif untuk mengembangkan keterampilan bercerita. Kuncinya bukan durasinya, tetapi konsistensinya. Bahkan lima menit sebelum tidur atau saat sarapan bisa memberikan dampak besar.

Anda juga dapat melanjutkan kegiatan tersebut dengan meminta anak menggambar adegan favorit atau memeragakan satu kalimat setelah membaca. Kebiasaan kecil ini memperkuat imajinasi dan pemahaman, menjadikan membaca sebagai petualangan harian.

2. Ajak Anak Menceritakan Ulang Cerita

Setelah membaca cerita, ajak anak untuk menceritakannya kembali dengan kata-kata mereka sendiri. Kegiatan ini membantu mereka mengingat detail penting, memahami struktur cerita, dan melatih urutan kejadian. Ini juga menyenangkan untuk melihat bagaimana mereka menafsirkan cerita.

Tidak masalah jika versi mereka berbeda. Alih-alih mengoreksi, dukung kreativitas mereka dengan kalimat seperti, “Wah, versimu menarik! Lalu apa yang terjadi?”

Agar lebih seru, biarkan anak bercerita kepada mainannya atau saudara. Gunakan properti seperti boneka, topi, atau boneka tangan untuk menghidupkan cerita.

3. Ciptakan Cerita Bersama

Bercerita tidak selalu harus berasal dari buku dan Anda bisa membuat cerita bersama. Bergantian menambahkan kalimat untuk membangun kisah yang lucu dan tak terduga.

Saat membuat cerita bersama, anak belajar mengembangkan ide, mengikuti alur, dan mengekspresikan emosi lewat kata-kata. Yang terpenting, kegiatan ini membangun kepercayaan diri mereka karena mereka melihat bahwa ide mereka sama berharganya dengan ide Anda.

4. Gunakan Momen Sehari-hari

Anda tidak membutuhkan waktu atau tempat khusus untuk bercerita karena cerita terbaik sering muncul dari momen sehari-hari. Ubah rutinitas biasa menjadi kesempatan kreatif dengan menambahkan imajinasi dan rasa ingin tahu.

Misalnya, saat berbelanja, Anda bisa bertanya, “Kalau apel bisa bicara, apa yang mereka katakan ke pisang?” atau saat berkendara, “Menurutmu burung itu mau terbang ke mana?”

Menceritakan sehari-hari membantu anak menghubungkan imajinasi dengan pengalaman nyata, membuat dunia di sekitar mereka lebih hidup dan bermakna.

5. Dorong Ekspresi Melalui Seni dan Drama

Anak tidak hanya mengekspresikan cerita melalui kata-kata, tetapi juga lewat seni, gerak, dan permainan. Menggambar, berakting, dan bermain peran adalah cara yang sangat baik untuk menghidupkan cerita. 

Anda dapat mendorong anak untuk menggambar panel cerita seperti komik, membuat pertunjukan boneka menggunakan kaus kaki atau kantong kertas, atau memeragakan adegan dengan properti sederhana.

6. Jadilah Teladan dalam Bercerita

Anak belajar paling baik melalui contoh, jadi jadilah pencerita bagi mereka. Ceritakan kisah dari hidup Anda seperti pengalaman lucu di tempat kerja, cerita masa kecil, atau tantangan yang pernah Anda hadapi.

Gunakan bahasa ekspresif dan ceritakan bagaimana perasaan Anda pada saat itu. Ketika anak melihat orang dewasa bercerita, mereka memahami bahwa bercerita bukan hanya sesuatu yang ada di buku. Momen bercerita dalam keluarga menciptakan ikatan emosional dan menunjukkan bahwa setiap orang punya cerita berharga untuk dibagikan.

7. Rayakan Cerita Mereka

Terakhir, selalu rayakan usaha anak dalam bercerita, bahkan yang lucu atau berantakan sekalipun. Penguatan positif membangun kepercayaan diri dan memotivasi mereka untuk terus berkarya. Puji suara, ekspresi, atau imajinasi mereka, bukan pada tata bahasa atau ketepatan. Katakan hal-hal seperti, “Ibu suka sekali bagaimana kamu membuat suara naga terdengar lucu!”

Anda juga dapat menyimpan cerita mereka dengan menuliskannya atau merekamnya. Ini tidak hanya meningkatkan rasa percaya diri, tetapi juga menunjukkan bahwa ide dan kreativitas mereka itu penting.

Pilih Pendidikan Anak Usia Dini yang Tepat!

Melalui cerita, anak belajar memahami emosi, memperkaya kosakata, dan melihat dunia dari berbagai sudut pandang. Jika Anda mencari pendidikan anak usia dini terbaik untuk mengasah keterampilan penting ini, cobalah Prasekolah & Taman Kanak-kanak di Rockstar Academy.

Hanya di Rockstar Academy, anak Anda akan merasakan pendidikan menyeluruh yang menggabungkan akademik dengan berbagai kegiatan fisik, acara menarik, dan kompetisi untuk berbagai usia, tingkat kemampuan, dan minat. Si kecil bahkan berkesempatan mengikuti Elite Championships, di mana pembelajaran melampaui ruang kelas.

Dengan bimbingan guru berpengalaman, program akademik dan fisik kami membantu anak tumbuh menjadi lebih percaya diri, adaptif, dan kolaboratif. Dan jika Anda masih mempertimbangkan, Rockstar Academy menyediakan kelas uji coba gratis— sehingga Anda bisa melihat langsung bagaimana bercerita, belajar, dan bermain menyatu dengan menyenangkan!

FAQ

Pada usia berapa baiknya mulai bercerita?

Anda bisa mulai sejak bayi! Bahkan bayi mendapat manfaat dari mendengar cerita karena hal itu mengenalkan pola bahasa dan nada emosional. Untuk balita dan anak prasekolah, cerita dengan ritme, pengulangan, dan ilustrasi berwarna sangat cocok.

Anak saya tidak bisa duduk diam saat momen bercerita. Apa yang harus saya lakukan?

Itu sangat normal! Cobalah cerita yang lebih pendek, peragakan karakter, atau biarkan mereka bergerak sambil mendengarkan. Bercerita tidak harus dilakukan sambil duduk diam, kadang bisa interaktif dan penuh gerakan.

Bagaimana cara memulai bercerita untuk anak?

Anda bisa mulai dengan membaca buku bergambar sederhana atau menceritakan kisah pendek yang lucu tentang kehidupan sehari-hari. Gunakan suara ekspresif, gerakan tangan, dan ajukan pertanyaan agar lebih interaktif. Di Rockstar Academy, anak-anak didorong untuk mengembangkan kreativitas dan kepercayaan diri melalui kegiatan bercerita dan membaca yang menarik.