Jika Anda seorang orang tua, Anda pasti pernah mengalami si kecil tiba-tiba berubah berteriak, menangis, dan bahkan melempar mainan kemana-mana.
Satu menit Anda menawarkan pisang, dan menit berikutnya mereka menangis karena pisangnya dipotong dengan cara yang “salah”. Kedengarannya familiar? Ini disebut dengan tantrum anak!
Tantrum pada balita adalah bagian normal (meskipun kadang cukup “liar”) dari proses tumbuh kembang. Tapi kenapa tantrum bisa terjadi, dan apa yang bisa kita lakukan? Yuk, kita pelajari lebih dalam!
Tantrum anak adalah luapan emosi yang tiba-tiba dan sangat intens. Biasanya ditandai dengan tangisan, teriakan, menginjak-injak, memukul, atau melempar benda. Tantrum bisa berlangsung hanya beberapa detik atau hingga beberapa menit, dan paling sering terjadi pada anak usia 1 hingga 3 tahun. [NHS, 2022]
Tantrum adalah cara balita mengekspresikan emosi yang luar biasa sebelum mereka memiliki kemampuan bahasa atau keterampilan mengatur emosi yang cukup.
Mereka bukan sedang nakal atau memanipulasi Anda. Namun mereka hanya belum tahu bagaimana caranya menghadapi perasaan besar seperti frustasi, marah, kecewa, atau sedih.
Tantrum pada balita adalah kekacauan yang normal karena berbagai faktor emosi dan perkembangan. Berikut beberapa penyebab utamanya:
Balita sering tahu persis apa yang mereka inginkan, tetapi mereka belum bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Ketika Anda tidak memahami mereka, atau mereka tidak bisa menyampaikan dengan cepat, rasa frustasi pun muncul—dan boom!, tantrum terjadi.
Sekitar usia dua tahun, balita mulai menyadari bahwa mereka adalah individu yang terpisah dari orang tua. Ini adalah momen penting, dan mereka ingin mulai mengambil keputusan sendiri.
Kata favorit mereka jadi “TIDAK!”, karena mereka mulai merasa punya kehendak.
Saat keinginan mereka untuk mandiri dibatasi (misalnya, tidak boleh naik meja atau mengoleskan pasta gigi ke kucing), mereka belum bisa mengatasi rasa kecewa itu.
Frustasi adalah pemicu tantrum yang sangat umum. Balita punya banyak rencana (seperti membangun menara atau memakai jaket sendiri), tapi keterampilan motorik atau pemecahan masalah mereka belum sejalan.
Ditambah lagi, jika balita sedang lelah, lapar, atau overstimulasi (terlalu banyak suara, orang, atau kegiatan), kemampuan mereka untuk mengendalikan emosi akan menurun drastis.
Balita sangat suka perhatian, dan mereka cepat belajar. Jika mereka menyadari bahwa tantrum membuat semua orang langsung bereaksi, mereka bisa mulai menggunakan tantrum sebagai alat untuk mendapatkan perhatian atau apa yang mereka inginkan.
Balita masih dalam tahap mengembangkan bagian otak yang mengatur emosi. Bagian otak yang bertugas untuk logika dan menenangkan diri (prefrontal cortex) belum berkembang sempurna.
Jadi ketika emosi besar datang, mereka bisa kewalahan. [StatPearls, 2022]
Bayangkan Anda bangun tidur dan diberi tahu apa yang harus dipakai, apa yang harus dimakan, ke mana harus pergi, dan kapan harus tidur siang. Itulah kehidupan balita.
Karena sebagian besar keputusan dibuat oleh orang tua, balita kadang “meledak” ketika mereka merasa tidak punya pilihan atau kendali atas hidupnya. Itu adalah cara mereka berkata, “Aku juga ingin punya kendali!”
Tantrum bukanlah tanda bahwa Anda orang tua yang buruk, namun lebih ke tahap perkembangan yang normal. Berikut yang bisa Anda lakukan:
Tantrum pada balita memang bagian dari proses tumbuh kembang. Tapi kabar baiknya, dengan strategi dan pendekatan yang tepat, Anda bisa mencegah banyak tantrum sebelum terjadi atau mengurangi intensitas tantrum yang muncul.
Berikut beberapa strategi yang bisa membantu menjaga suasana tetap tenang dan positif:
Balita sangat menyukai rutinitas. Jadwal yang konsisten membuat mereka merasa aman karena mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kegiatan harian seperti bangun tidur, makan, bermain, tidur siang, dan waktu tidur malam yang teratur bisa mengurangi kejutan yang dapat memicu kecemasan atau penolakan.
Tantrum sering kali terjadi karena kebutuhan dasar yang belum terpenuhi. Lapar, mengantuk, atau terlalu banyak rangsangan adalah pemicu tantrum terbesar.
Balita yang belum tidur siang lebih mudah marah hanya karena hal sepele, seperti krayon yang patah atau tidak boleh makan biskuit lagi.
Begitu juga dengan anak yang lapar. Bisa saja mereka bisa marah karena kadar gula darah rendah dan tidak bisa menjelaskan apa yang mereka butuhkan.
Solusinya? Bersikap proaktif: selalu siapkan camilan, patuhi jadwal tidur siang, dan beri waktu istirahat setelah kegiatan yang menstimulasi.
Jika anak tampak rewel, tanyakan pada diri Anda: apakah mereka lapar, lelah, atau kewalahan?
Salah satu alasan balita tantrum adalah karena mereka belum bisa mengungkapkan emosi dengan kata-kata.
Ajarkan anak kata-kata sederhana untuk mengekspresikan perasaan agar mereka bisa berkomunikasi daripada berteriak.
Coba cara berikut:
Balita sedang dalam fase ingin mandiri. Memberi mereka pilihan bisa memenuhi kebutuhan ini dengan cara yang aman dan sesuai usia.
Daripada berkata, “Pakai sepatu sekarang!”, cobalah, “Kamu mau pakai sepatu merah atau biru?”
Dengan begitu, anak akan fokus pada pilihan, bukan menolak perintah.
Berikan pilihan sederhana, seperti camilan yang dipilih atau buku cerita yang ingin dibaca. Batasi pilihan menjadi 2–3 opsi saja agar mereka tidak bingung.
Balita suka perhatian—baik perhatian positif maupun negatif.
Itulah mengapa memperhatikan dan memuji perilaku baik bisa sangat efektif dalam mencegah tantrum.
Misalnya, saat anak menunggu giliran tanpa merengek, katakan:
“Wah, hebat banget kamu bisa sabar menunggu giliran!” atau “Mama bangga kamu sudah pakai kata-kata, bukan teriak.”
Lama-kelamaan, anak akan belajar bahwa perilaku positif lebih banyak mendapat perhatian daripada tantrum.
Gerakan fisik dan ekspresi kreatif sangat baik untuk mengatur emosi.
Mengikutsertakan anak dalam program Olahraga atau Seni Pertunjukan membantu mereka menyalurkan energi, membangun rasa percaya diri, dan mengekspresikan perasaan dengan cara yang menyenangkan.
Kegiatan ini juga mengajarkan rutinitas, kerja sama, dan disiplin—semua hal yang membantu mengurangi tantrum.
Program seperti yang ditawarkan di Rockstar Academy dirancang sesuai usia dan minat anak, menjadikan proses belajar jadi menyenangkan dan tantrum menjadi kemenangan!
Balita adalah pembelajar visual. Gunakan alat bantu seperti jadwal bergambar atau kegiatan harian untuk membantu anak memahami apa yang akan terjadi.
Visual ini mengurangi kecemasan akibat transisi mendadak. Ketika anak tahu apa yang diharapkan dan apa yang terjadi selanjutnya, mereka lebih tenang dan cenderung tidak menolak.
Dan yang tak kalah penting: anak selalu memperhatikan Anda. Cara Anda mengelola stres, marah, atau frustrasi akan jadi contoh bagi mereka.
Jika Anda berteriak, membanting pintu, atau kehilangan kendali, besar kemungkinan anak akan menirunya.
Sebaliknya, jika Anda tetap tenang dan sabar, Anda sedang mengajarkan keterampilan penting yaitu mengatur emosi diri.
Cukup dengan menarik napas dalam, berlutut sejajar dengan anak, dan bicara dengan suara lembut.
Katakan hal seperti: “Mama lagi kesal, jadi mama tarik napas dulu ya.” Anak akan mulai meniru cara Anda menghadapi emosi.
Pada akhirnya, tantrum adalah bagian wajar dari tumbuh kembang anak. Walaupun berantakan, penuh emosi, tapi sangat normal.
Jika Anda mencari tempat terbaik untuk mendukung perkembangan anak sejak dini, yuk lihat program Prasekolah & Taman Kanak-kanak di Rockstar Academy!
Di Rockstar Academy, anak Anda tidak hanya belajar akademik, tapi juga menjelajahi kegiatan fisik yang menyenangkan, mengikuti acara dan kompetisi seru, serta mengenal kekuatan dirinya sendiri lewat berbagai bidang sesuai usia dan kemampuan.
Dengan kombinasi pembelajaran akademik dan kegiatan fisik, anak-anak belajar kerja sama, komunikasi, dan rasa percaya diri.
Lebih baik lagi? Anda bisa mendaftar kelas uji coba gratis sebelum resmi bergabung, jadi Anda dan si kecil bisa merasakan langsung perbedaan belajar di Rockstar Academy!
Apakah tantrum pada balita itu normal?
Ya! Hampir semua balita pernah mengalami tantrum. Ini adalah bagian dari proses belajar mengelola dan mengekspresikan emosi.
Apakah tantrum sebaiknya diabaikan?
Kadang strategi mengabaikan bisa berhasil, tapi pastikan anak tetap aman dan tahu bahwa Anda siap memberi kenyamanan jika dibutuhkan.
Apakah tantrum berarti anak saya manja atau nakal?
Tidak! Tantrum adalah bagian alami dari perkembangan otak, bukan tanda anak manja. Ini justru tanda bahwa anak sedang belajar keterampilan emosi yang penting.